Tuesday, January 30, 2024

Harga Emas Naik Dipicu Lesunya Imbal Hasil Treasury AS

 


PT Kontakperkasa Futures - Harga emas berjangka di divisi Comex New York Mercantile Exchange naik pada Senin (29/1/2024), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun.
Dikutip Antara, Selasa (30/1/2024) kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April naik 8,50 dolar AS atau 0,43 persen menjadi 2.044,60 dolar AS per ounce, sebagaimana dilansir dari Xinhua.

Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah semakin mendongkrak daya tarik emas sebagai aset safe-haven.

Investor sedang menunggu isyarat mengenai arah suku bunga seiring pertemuan moneter Federal Reserve yang akan diadakan pekan ini, dan Ketua Fed Jerome Powell akan menyampaikan pidato saat pertemuan yang akan ditutup pada Rabu.

Sementara itu, laporan bulanan ketenagakerjaan AS akan dirilis pada Jumat.

 Untuk logam mulia lainnya, harga perak pengiriman Maret naik 37,90 sen, atau 1,66 persen menjadi 23,251 dolar per ounce.

Kemudian platina untuk pengiriman April naik 17,00 dolar AS atau 1,85 persen menjadi 938,30 dolar per ounce. - PT Kontakperkasa Futures

Sumber : okezone.com

Wednesday, January 24, 2024

Harga Emas Stabil di Tengah Ketidakpastian Pemangkasan Suku Bunga

 


PT Kontakperkasa Futures - Harga emas turun di perdagangan Asia pada hari Rabu (24/01), bergerak dalam range perdagangan yang terbentuk selama seminggu terakhir saat pasar semakin tidak pasti terhadap pemotongan suku bunga AS tahun ini.

Di antara logam industri, harga tembaga bergerak turun setelah meningkatnya optimisme atas China mendorong peningkatan besar awal pekan ini.

Emas tertekan dari awal yang lemah pada tahun 2024, setelah jatuh ke level terendah $2.000/oz awal bulan ini dengan traders mulai mengurangi ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga paling cepat pada Maret 2024.

Namun logam mulia ini rebound karena beberapa permintaan safe haven, utamanya karena kondisi geopolitik di Timur Tengah yang memburuk. Rebound ini juga membuat emas membentuk range perdagangan antara $2.000 hingga sekitar $2.050/oz selama seminggu terakhir.

Emas spot turun 0,3% ke $2.023,92/oz, dan emas berjangka yang akan berakhir Februari turun 0,1% menjadi $2.024,65/oz pukul 12.17 WIB.

Penguatan dolar - yang diperdagangkan mendekati level tertinggi enam minggu pada hari Rabu - juga menghambat harga emas.

Data ekonomi AS dan rapat Fed ditunggu
Pasar logam kini mencari lebih banyak isyarat tentang kapan Fed berpotensi mulai memangkas suku bunga tahun ini.

Data produk domestik bruto kuartal keempat yang akan hadir pada hari Kamis diperkirakan akan mencatat penurunan dalam pertumbuhan ekonomi AS, sementara data Indeks harga PCE - pengukur inflasi pilihan Fed - akan terbit hari Jumat dan diperkirakan akan menegaskan kembali bahwa inflasi tetap tinggi pada bulan Desember.

Data ini dirilis hanya beberapa hari sebelum rapat pertama The Fed untuk tahun 2024, di mana bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga. Namun, isyarat mengenai rencana penurunan suku bunga akan menjadi fokus utama.

Meskipun harga emas akhirnya akan mendapat keuntungan dari suku bunga yang lebih rendah tahun ini, harga emas kemungkinan akan mengalami penurunan dalam waktu dekat, terutama jika the Fed mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Suku bunga yang tinggi mendorong naiknya biaya peluang investasi emas, yang mengurangi daya tarik logam mulia ini. Tetapi emas masih berhasil meraih keuntungan sekitar 10% pada tahun 2023, setelah diuntungkan dari permintaan safe haven pasca pecahnya perang Israel-Hamas.

Eskalasi yang terus berlanjut dalam konflik - yang tampaknya telah meluas ke Laut Merah, antara pasukan yang dipimpin AS dan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran, masih mendorong permintaan untuk aset safe haven tradisional.

Harga tembaga turun setelah menguat yang didorong oleh China
Tembaga yang akan berakhir Maret turun 0,2% menjadi $3,7983 per pon, tetapi diperdagangkan naik 0,3% minggu ini.

Laporan langkah-langkah stimulus yang lebih terencana di China membantu harga tembaga rebound tajam dari level terendah dua bulan pada minggu ini, di tengah meningkatnya harapan untuk pemulihan ekonomi di negara importir tembaga terbesar di dunia tersebut.

Namun, tembaga juga menjalani awal yang lemah pada tahun 2024, karena sejumlah data ekonomi untuk bulan Desember menunjukkan sedikit perbaikan dalam pertumbuhan ekonomi China. Kekhawatiran melambatnya permintaan China menjadi pemberat utama harga tembaga selama dua tahun terakhir. - PT Kontakperkasa Futures

Sumber : investing.com

Monday, January 22, 2024

Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir

 


Kontakperkasa Futures - Bursa Asia-Pasifik dibuka beragam pada awal perdagangan pekan ini, Senin (22/1/2024) setelah bank sentral China menahan suku bunga dan rilis data baru mengenai konsumen Amerika Serikat (AS).
Pada pukul 08:40 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong ambruk 0,51% ke 15.225,55 dan indeks Hang Seng Hong Kong jatuh 0,38% ke 2.823,2. Indeks KOSPI Korea Selatan melemah tipis 0,05% ke 2.471.

Indeks Nikkei terbang 1,09% ke posisi 36.355,60, masih dalam level tertingginya dalam 34 tahun terakhir. Indeks Straits Times Singapura menguat tipis 0,06% ke 3.154,24.

Indeks ASX 200 Australia melesat 0,60% ke 7.4655,8.


Menguatnya sebagian besar bursa Asia Pasifik sejalan dengan bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street.

Bursa Wall Street ditutup terbang pada akhir pekan lalu di tengah baiknya laporan keuangan perusahaan serta sentimen bullish untuk saham artificial intelligence.

Beragamnya pasar bursa Asia hari ini juga disebabkan oleh sentimen dari China dan kebijakan moneter AS. Sebagian bursa Asia melemah karena semakin memudarnya optimisme pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga bank sentral AS dalam waktu dekat.

Perangkat Fed Watch Tool CME menunjukkan saat ini para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 47% pada Maret 2024, turun dari 71% pada minggu lalu.
Pesimisme menguat sejalan dengan masihkencangnya ekonomi AS, termasuk keyakinan konsumen. Survei University of Michigan menunjukkan sentimen konsumen AS melonjak ke level tetringgi 2,5 tahun pada Januari 2024 ke level 78,8.

Sementara itu, pagi ini, Senin (22/1/2024), bank sentral Tiongkok People Bank of China (PBoC) memutuskan untuk mempertahankan Suku bunga dasar kredit (LPR) satu tahun di level 3,45%. Suku bunga yang digunakan untuk pinjaman jangka menengah kepada perusahaan dan rumah tangga terus sudah ditahan selama lima bulan beruntun.

Sementara itu, tingkat lima tahun yang menjadi acuan untuk hipotek tetap pada 4,2% untuk bulan ketujuh berturut-turut. Keputusan ini muncul setelah PBoC pekan lalu mengumumkan akan memberikan stimulus jumbo senilai CNY 1 triliun untuk mendongrak ekonomi China.

Pelaku pasar Asia juga masih menunggu keputusan kebijakan moneter dari bank sentral Jepang (BoJ).  BoJ akan mengumumkan kebijakan pada Selasa (23/1/2024). BoJ pada Desember 2023 mempertahankan suku bunga ultra rendahnya yani -0,1%. Suku bunga ultra rendah ini sudah bertahan sejak 2016 atau tujuh tahun terakhir. - Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com

Wednesday, January 10, 2024

Siap-siap! Bank Dunia Ramal Ekonomi Global Melambat hingga 2026

 


Kontakperkasa Futures - Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan pertumbuhan global pada tahun 2024 akan melambat selama tiga tahun berturut-turut. Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan akan melambat sebesar 2,4% pada tahun ini.
Berdasarkan laporan Prospek Ekonomi Global Bank Dunia terbaru, prediksi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi ekonomi global pada tahun 2023 sebesar 2,6%, pada tahun 2022 sebesar 3%, pada tahun 2021 sebesar 6,2%. Bank Dunia memperingatkan perlambatan ekonomi ini dapat memperpanjang kemiskinan dan meningkatkan utang di banyak negara berkembang.

"Dilumpuhkan oleh pandemi covid-19, kemudian perang di Ukraina dan lonjakan inflasi serta suku bunga di seluruh dunia, paruh pertama tahun 2020-an tampaknya akan menjadi kinerja setengah dekade terburuk dalam 30 tahun," kata Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia Ayhan Kose dikutip dari Reuters, Rabu (10/1/2024).

Lebih lanjut, Kose mengatakan jika tidak memperhitungkan kontraksi pandemi pada tahun 2020, pertumbuhan tahun ini akan menjadi yang terlemah sejak krisis keuangan global tahun 2009. Pihaknya memperkirakan pertumbuhan global tahun 2025 sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 2,7%. Namun, angka ini turun dari proyeksi bulan Juni sebesar 3,0% karena adanya antisipasi perlambatan di negara-negara maju.

Tujuan Bank Dunia untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem pada tahun 2030 tampaknya tidak akan tercapai karena aktivitas ekonomi terhambat oleh konflik geopolitik.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China yang melemah juga membebani prospek global. Diperkirakan pertumbuhanya melambat hingga sebesar 4,5% pada tahun 2024. Proyeksi ini menandai pertumbuhan China yang paling lambat dalam lebih dari tiga dekade, di luar pertumbuhan tahun 2020 dan 2022 yang terkena dampak pandemi.

Pertumbuhan yang melambat ini disebabkan dari melemahnya belanja konsumen di tengah berlanjutnya gejolak sektor properti. Dengan pertumbuhan tahun 2025 terlihat semakin melambat menjadi 4,3%.

"Namun secara umum, pertumbuhan yang lebih lemah di China mencerminkan kembalinya perekonomian ke jalur pelemahan potensi pertumbuhan akibat penuaan dan penyusutan populasi, meningkatnya utang yang menghambat investasi dan, dalam arti tertentu, mempersempit peluang untuk mengejar ketertinggalan produktivitas," kata Kose.

Negara-negara emerging market dan negara berkembang secara keseluruhan diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,9% tahun ini, turun dari 4,0% pada tahun 2023.

Angka tersebut tidak cukup untuk mengangkat populasi yang terus bertambah untuk keluar dari kemiskinan. Lebih lanjut, Kose menjelaskan pada akhir tahun 2024, masyarakat di sekitar satu dari setiap empat negara berkembang dan 40% negara-negara berpenghasilan rendah akan menjadi lebih miskin dibandingkan pada tahun 2019, sebelum pandemi.

Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan, kata Kose, adalah dengan mempercepat investasi tahunan senilai US$ 2,4 triliun. Hal ini diperlukan untuk transisi ke energi lebih ramah lingkungan dan beradaptasi pada perubahan iklim.

Namun, untuk mencapainya dibutuhkan reformasi yang komprehensif, termasuk reformasi struktural untuk memperluas perdagangan lintas batas dan aliran keuangan. Selain itu, adanya perbaikan dalam kerangka kebijakan fiskal dan moneter. - Kontakperkasa Futures

Sumber : detik.com

Monday, January 8, 2024

Bursa Asia Dibuka Gak Kompak Lagi, Investor Masih Wait and See?

 


PT Kontakperkasa Futures - Bursa Asia-Pasifik cenderung dibuka bervariasi pada awal perdagangan Senin (8/1/2024), karena investor menantikan data dan peristiwa ekonomi penting pada pekan ini.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Straits Times Singapura menguat 0,45%, ASX 200 Australia naik 0,1%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,39%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,09% dan Shanghai Composite China melemah 0,23%.

Sementara untuk pasar saham Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Coming of Age Day (Hari Kedewasaan).

Investor cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi dan agenda pada pekan ini, seperti inflasi China periode Desember 2023 yang akan dirilis pada Jumat mendatang.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah menguatnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupnaik tipis 0,07%, S&P 500 menguat 0,18%, dan Nasdaq Composite bertambah sedikit 0,09%.

Sepanjang pekan lalu, yang menjadi pekan pertama 2024, indeks DJIA terpantau melemah 0,59%, sedangkan S&P 500 ambles 1,52%, dan Nasdaq ambruk 3,25%.

Investor bersikap hati-hati pada pekan pertama 2024, karena mereka menanti kejelasan lebih lanjut mengenai kapan penurunan suku bunga akan dimulai dan seberapa cepat hal tersebut akan terjadi.

Harapan akan adanya laju pelonggaran yang cepat telah memicu reli yang sangat besar di pekan terakhir 2023, yang membawa S&P 500 berada dalam kisaran 1% dari level tertinggi sepanjang masa, sehingga pelemahan hipotesis tersebut telah menjadi isyarat untuk aksi profit taking.

Sementara itu, perdagangan Jumat pekan lalu memperlihatkan pergerakan pasar sepanjang hari, karena investor menyerap data makroekonomi terbaru yang menawarkan pandangan kontras mengenai kapan penurunan suku bunga dapat dimulai.

Awalnya, data ketenagakerjaan yang kuat dalam laporan Departemen Tenaga Kerja, yang menunjukkan perusahaan-perusahaan AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari perkiraan pada Desember 2023, meredam ekspektasi pelonggaran suku bunga secara cepat, sehingga mendorong masa depan lebih rendah.

Namun, survei dari Institute for Supply Management (ISM) kemudian menunjukkan aktivitas di sektor jasa turun pada Desember 2023, menunjukkan bahwa perekonomian yang lebih lemah. Hal ini mendorong mereka yang bertaruh pada pelonggaran cepat, sehingga membuat pasar lebih tinggi sepanjang pagi dan sore hari.

Meskipun ada fluktuasi lebih lanjut di sore hari, pada akhirnya ketiga indeks acuan tersebut berhasil meraih kemenangan hari tersebut - sesi positif pertama di tahun 2024 untuk S&P dan Nasdaq.

Di lain sisi, investor juga merespons terkait data NFP AS periode Desember 2023. Data NFP AS pada Desember 2023 naik menjadi naik 216.000. Angka ini jauh lebih tinggi dari ekspektasi pasar 170.000. Sedangkan kenaikan 199.000 di November direvisi lebih rendah menjadi 173.000.

Rincian lainnya dari laporan tersebut menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran tetap tidak berubah di 3,7% dan inflasi upah tahunan, yang diukur dengan perubahan Pendapatan Rata-Rata Per Jam, naik ke 4,1% dari 3,9% di Desember.

Dalam hal ini, maka data tenaga kerja di Negeri Paman Sam sejatinya masih cukup kuat dan hal ini dapat mengurangi optimisme pasar akan berakhirnya era suku bunga tinggi pada tahun ini.

Di lain sisi, imbal hasil surat utang AS, yang merupakan indikator ekspektasi suku bunga, naik lebih tinggi setelah data tersebut dirilis, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun naik melampaui 4% ke level tertinggi dalam tiga minggu terakhir. - PT Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com

Thursday, January 4, 2024

IHSG Balik Bergairah Lagi, 7 Saham Ini Jadi Penggeraknya

 


Kontakperkasa Futures - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik menguat pada perdagangan sesi I Kamis (4/1/2024), di tengah lesunya pasar saham global pada hari ini.
Per pukul 10:32 WIB, IHSG menguat 0,33% ke posisi 7.303,174. IHSG kembali menyentuh level psikologis 7.300 pada sesi I hari ini.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitaran Rp 2,9 triliun dengan melibatkan 7,9 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 459.264 kali. Sebanyak 255 saham menguat, 214 saham melemah, dan 230 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor energi kembali menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 1,26%.

Di lain sisi, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG. Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.

Emiten    Kode Saham    Indeks Poin    Harga Terakhir    Perubahan Harga
Bank Central Asia    BBCA    5,19    9.450    1,07%
Telkom Indonesia (Persero)    TLKM    3,56    3.980    0,51%
Bank Rakyat Indonesia (Persero)    BBRI    2,99    5.625    0,45%
Bank Mandiri (Persero)    BMRI    2,31    6.125    0,41%
Astra International    ASII    2,27    5.650    0,89%
Adaro Energy Indonesia    ADRO    1,85    2.460    2,07%
Chandra Asri Petrochemical    TPIA    1,60    5.900    0,85%
Sumber: Refinitiv & RTI

Saham perbankan jumbo PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 5,2 indeks poin.

IHSG yang berbalik menguat dan kembali menyentuh level psikologis 7.300 terjadi di tengah lesunya bursa saham global.

Di bursa Asia-Pasifik pada pagi hari ini, secara mayoritas melemah. Per pukul 10:16 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,24%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,55%, Shanghai Composite China merosot 0,86%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,72%, ASX 200 Australia terpangkas 0,29%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,76%.

Sedangkan untuk bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin juga melemah. Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,76%, S&P 500 terkoreksi 0,8%, dan Nasdaq Composite ambles 1,18%.

Investor di global cenderung melakukan aksi profit taking karena mereka bimbang akan seberapa cepat pemangkasan suku bunga acuan diberlakukan.

Hal ini karena hanya sedikit informasi yang diberikan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam risalah pertemuan Desember lalu terkait kapan penurunan suku bunga akan dimulai.

Menurut hasil risalah FOMC minutes terbaru, mayoritas pejabat the Fed mempertimbangkan apakah kebijakan "kemungkinan besar saat ini berada pada atau mendekati puncaknya" seiring dengan melambatnya inflasi dan dampak kenaikan suku bunga tampaknya berjalan sesuai rencana.

Namun, mereka tetap sedikit optimis bahwa The Fed benar-benar akan memangkas suku bunga acuannya. Berdasarkan perangkat FedWatch CMEGroup, menunjukkan pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 67% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada Maret 2024.

Selain itu, Dokumen "dot plot menunjukkan partisipan memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga dalam tiga tahun ke depan untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%.

"Dalam proyeksinya, semua partisipan mengindikasikan adanya perbaikan dalam outlook inflasi. Baseline proyeksi mengindikasikan jika suku bunga yang lebih rendah akan tepat pada akhir 2024," tulis FOMC. - Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com

KONTAK PERKASA FUTURES | Emas Vs. Instrumen Investasi Lain: Mana yang Lebih Menguntungkan Hari Ini?

  KONTAK PERKASA FUTURES - Debat mengenai mana yang lebih menguntungkan antara emas dan instrumen investasi lain selalu menjadi perbincanga...